17 Oktober 2011

Where It All Begins

 Kata Tjuta National Park - foto oleh wallpaperstock

I need a break from life.

Itu yang saya katakan pada diri saya. Jenuh, stuck, bosan, bahkan depresi sempat menghantui hari-hari saya. Melihat grafik yang semakin menurun saya tau bahwa saya butuh perubahan besar dalam hidup saya. Saya butuh sesuatu yang bisa membuat passion saya kembali. I need a break. A big one.

Since traveling is my passion, saya memutuskan untuk pergi dalam waktu yang lama. Banyak yang bertanya, untuk apa saya pergi, apa yang akan saya lakukan, kemana, ngapain, dengan siapa, kok bisa, dan lain-lain. Terlalu panjang untuk dijelaskan dan terlalu susah diterima dengan logika orang Indonesia bila saya singkat.


Kalau saya sedang malas jawab, saya hanya bilang: “Mau backpackingan setaun”. Titik. Yang nanya bingung yang jawab juga bingung. Tapi untunglah, tidak berapa lama setelah visa saya digranted masuklah Direct Message dari  @hellosigit salah satu pengelola travel blog Indonesia ranselkecil.com yang bertanya lebih detail tentang rencana saya. Semoga ini bisa menjawab pertanyaan banyak orang :)


Berikut petikan wawancara saya dengan Ransel Kecil:


Apa yang dimaksud dengan “working holiday visa“, khususnya yang ditawarkan pemerintah Australia?
Sebenarnya ada dua istilah yang serupa tapi tak sama. Ada Working Holiday Visa (Subclass 417 – untuk warganegara Eropa) dan Work and Holiday Visa (Subclass 462 – untuk negara-negara Asia termasuk Indonesia & Amerika Serikat). Bedanya, kalau Working Holiday Visa bisa diperpanjang ke tahun kedua, kalau Work and Holiday Visa maksimum satu tahun saja.
Visa ini merupakan jenis kerjasama antar pemerintah yang diberikan kepada pemuda usia 18-30 tahun agar bisa traveling sambil bekerja secara legal di negara tersebut selama satu tahun lamanya.


Kenapa ingin mendaftar program ini?
Career break. Istilah ini sudah terkenal digunakan di negara barat tapi tidak di Indonesia. Setelah mengalami beberapa titik emosional beberapa waktu terakhir dan empat tahun mengerjakan hal yang sama membuat saya berada pada titik jenuh dan memutuskan untuk membuat suatu perubahan besar pada hidup saya yang memang mencintai dunia perjalanan. Sometimes you have to get lost to find yourself.
Saya bukan orang yang kaya secara materi sehingga saya harus mencari cara agar bisa bertahan hidup selama perjalanan. Work and Holiday ini solusi yang tepat untuk saya.


Kenapa Australia?
Sejauh ini, hanya Australia yang memberikan keistimewaan Work and Holiday Visa pada Indonesia. Tapi kalau dipikir-pikir, kenapa tidak? Australia punya paket lengkap keindahan alam yang unik dari pedesaan, pantai, hingga gurun liar yang mengagumkan.


Apa sudah ada rencana perjalanan yang akan Anid lalui? Misalnya dari mana ke mana?
Karena saya akan pergi dalam waktu lama, saya hanya membuat gambaran umum saja.
Kemungkinan: Jakarta – Kuala Lumpur – Perth – kota-kota kecil di Western Australia – road trip ke Broome – Darwin – Alice Springs – Cairns – Great Barrier Reefs – Brisbane – Sydney – Selandia Baru – kembali ke Australia lagi – Melbourne – Tasmania dan sekitarnya. Sewaktu-waktu sangat mungkin berubah.

Apa yang akan dilakukan selama mengemban Working Holiday Visa?

Bekerja full-time selama beberapa bulan di satu kota, menabung. Mencari travel buddy kemudian pindah kota lain dengan cara road trip sambil eksplorasi beberapa taman nasional di Australia yang terkenal itu. Berdiam di kota lain untuk mengisi tabungan sebelum akhirnya jalan lagi. Hidup nomaden. Ada rencana untuk mengembangkan hobi seperti fotografi atau penata bunga karena visa ini memungkinkan kita untuk mengambil short course selama maksimum empat bulan.

Rencana setelah Working Holiday berakhir?

Banyak sekali yang bisa dilakukan. Terpikir untuk melanjutkan perjalanan setengah keliling dunia, membuat buku tentang perjalanan saya, mengembangkan semua hobi-hobi saya, atau mungkin saja kembali ke rutinitas lama. Semua hal mungkin terjadi, saya serahkan ke mana nasib akan membawa saya.

Kenapa belum banyak warga negara Indonesia (WNI) yang tahu dan ikut program ini?

Program ini baru ada sejak tahun 2009 jadi mungkin WNI belum familiar dengan konsep ini. Saya adalah angkatan ketiga. Sekarang sudah mulai banyak orang tahu sehingga semakin susah mendapatkannya karena pemerintah memberlakukan kuota hanya 100 orang/tahun.

Kalau boleh tahu, modal awalnya berapa?

Harga visa Rp. 2,7 juta, medical check-up sekitar Rp. 300 ribu, tiket AirAsia promo yang sudah saya beli dari tahun lalu Kuala Lumpur-Perth seharga Rp. 570 ribu. Silahkan hitung sendiri.

Tanggapan keluarga?

Mendukung dan ikut excited. Kecemasan pasti ada, namanya juga perempuan jalan sendirian untuk waktu yang lama. Tapi mereka sangat percaya bahwa ini mimpi yang harus saya wujudkan dan saya tahu apa yang saya lakukan.

Siapa pelaku perjalanan idola?

Evelyn Hannon dari @JourneyWoman yang tulisan-tulisan dan pengalamannya sangat bersahaja.

Saya juga mengidolakan sahabat-sahabat backpacker saya dari berbagai penjuru dunia yang telah singgah ke rumah saya melalui Couchsurfing.org. Cerita dan semangat perjalanan mereka sangat luar biasa dan nyata. Hal ini membuat saya yakin mimpi saya pun bisa menjadi nyata.


Untuk mengetahui versi lengkap dari artikel saya, mari simak disini.

3 komentar:

  1. hmm...Work and Holiday Visa..
    nice info, nonaransel
    Thank u :)

    BalasHapus
  2. kepikiran..kepikiran dan kepikiran terus. ceritanya mirip sama kehidupan saya. Sudah bosen bekerja kantoran setelah 4tahunan ini. yup..mirip cerita hidupmu nonaransel, wanna break. Benar-benar inspiring mba..

    BalasHapus