13 November 2011

When Commonwealth dan Aborigine Collide

Suasana Gallery - Corner James St & William St, Northbridge (doc.NonaRansel)

Sambil cari-cari kerjaan yang ternyata susah sekali di sini, saya menyumbangkan waktu luang saya untuk volunteer di salah satu art and photography exhibition di daerah city. Walaupun tidak dibayar, pertimbangan saya adalah, well, it's a photography thing dan saya memang suka photography, saya bisa ketemu banyak orang (sukur-sukur ketemu dan bisa belajar sama photographer-nya), lalu saya bisa minta salah satu orang-orang disitu untuk jadi work referee saya.
**Rata-rata perusahaan disini meminta minimal 2 referee lokal untuk dimintai keterangan mengenai performa kerja seseorang. Agak tidak mungkin mereka mau mahal-mahal menelpon former colleague saya di Indonesia atau Singapore**

Asal Muasal
Exhibition ini adalah bagian dari sebuah organisasi bernama Nomad Two Worlds yang diprakarsai oleh Russel James, New York's fashion photographer kelahiran Perth yang menjadi photographer kesayangan Donna Karan dan Victoria Secret. "Two Worlds" disini ide awalnya menggambarkan kehidupan migrant di Australia. Sejak kedatangan Inggris sekitar 200 tahun lalu, pulau besar ini menjadi sarat akan orang-orang dari berbagai negara yang bermigrasi untuk mencari kehidupan baru yang lebih baik. Good for them not good for the Aborigines. Suku Aborigine yang sudah hidup ribuan tahun lebih dulu diperlakukan dengan semena-mena oleh para pendatang (khususnya British government). Rumah dan budaya mereka dihancurkan, bahkan orang-orangnya dibantai. Sebagai bentuk permintaan maaf, pemerintah Australia (yang tetap didominasi oleh British migrant) memberikan segala fasilitas seperti rumah, mobil, pendidikan gratis untuk orang Aborigine.


Balik lagi ke "Two Worlds". Dua dunia yang dimaksud itu adalah country of origin atau negara asal para migrant (khususnya dari negara-negara Commonwealth) dan kehidupan mereka di negara baru (Australia). Melalui project ini, Russel James ingin menghubungkan the missing link sekaligus mengangkat kesenian lokal suku Aborigine. 

Tidak hanya photography, melalui Nomad Two Worlds Russel juga membuat seni pertunjukan kolaborasi artist Australia seperti Hugh Jackman dengan musik dan tarian Aboriginal yang dipentaskan di Broadway.

Exhibition
Karena exhibition ini adalah bagian dari Commonwealth festival (CHOGM), oleh karena itu ada 53 artworks yang menampilkan portrait dari 53 orang yang lahir di 53 negara anggota Commonwealth dan sekarang telah menetap di Western Australia. Portrait photography mereka kemudian diinterpretasikan oleh 12 Aboriginal artists menjadi sebuah kolaborasi kontemporer yang ciamik dan sarat makna. Karya seni ini menggambarkan kerinduan masa lalu, keberadaan masa sekarang dan harapan di masa yang akan datang.


Contoh artwork yang dipajang di gallery (doc. Nomad Two Worlds)

Tugas saya selama menjadi volunteer adalah menjelaskan semua hal di atas kepada pengunjung yang datang melihat-lihat. Susahnya seni kontemporer, tidak semua orang mengerti maksudnya ketika pertama kali melihat karya tersebut. Selain bantu-bantu manage gallery, saya bantu jualan souvenir juga. Souvenir disini bukan sembarang souvenir. Ada kaos Nomad Two Worlds keluaran Urban Zen (punyanya Donna Karan) dari bahan Supima Cotton. Katanya, Supima Cotton itu bahan katun kualitas terbaik di dunia. Dan memang bahannya lembut bangettttt, beneran gak bo'ong. Pengen beli tapi harganya $70. Hiks baju doang. Tapi harga segitu laku aja gitu kaya beli kaos distro.


Kesan
Walaupun tidak terlibat sejak awal pembuatan, tapi rasanya senang kalau ada orang yang datang ke gallery kemudian terdiam, merenung dan menghayati karya-karya tersebut. Banyak orang yang merasa tersentuh bahkan meneteskan air mata. Suatu ketika datang orang yang terlihat seperti keturunan Aborigine, gembel, lusuh, jalan sempoyongan, mendatangi satu artwork kemudian duduk bersila didepannya. Kami sudah was-was saja. Ternyata dia mengekspresikan perasaannya dengan caranya sendiri (seperti nyembah-nyembah dan melakukan gerakan seperti tari Kecak). Setelah beberapa lama, pria itu berdiri, dan dia menangis! Dia menangguk kepada kami sambil meletakkan tangan kanannya di dada, lalu keluar.


It's art. It's wonderful. It's personal.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar