“Take your
shovel and headlight with you”
“It’s raining
outside, you got your raincoat? Don’t forget your swimsuit”
Marcel dan
Marius sibuk mengingatkan saya sebelum kita pergi ke pantai.
11 pm.
Yes, indeed.
Hampir tengah malam buta, hujan-hujan, di New Zealand yang dingin pula.
Saya dan teman-teman sedang berada di Hot Water Beach, sebuah area di
pantai Timur Coromandel Peninsula, New Zealand. Lokasi tempat ini sekitar 175 km dari
Auckland. Sesuai namanya, pantai ini dinamakan Hot Water Beach karena mata air
panas bawah tanah yang mengalir keluar pada saat pasang naik dan pasang surut. Unik
karena seperti pantai lainnya di New Zealand, Hot Water Beach ini juga sangat
dingin. Lalu dari mana air panas itu berasal? Sekitar 2-3 meter dari batas air
pantai terlihat semua orang memegang sekop dan sibuk menggali pasir. Tujuannya
bukan untuk membuat istana pasir, tetapi untuk membuat kolam. Ajaibnya, air
yang keluar dari dalam pasir bukan merupakan air dingin, melainkan air panas!
Hot! And when I said hot, I mean boiling hot. Saya, Marcel, Bettina, Marius dan
teman-teman lain dengan semangat 45 menggali kolam besar untuk ‘hot tub’ kami.
Tiada sekop, tanganpun jadi! |
Half way there! |
Penduduk
setempat mengatakan bahwa kita hanya bisa menggali pasir disaat pasang yang
adalah sekitar jam12 siang dan 12 malam. Si Marcel, backpacker dari
Jerman, dengan menggebu-gebu mengajak kami semua untuk datang lagi jam 11 malam
ke pantai yang jaraknya 1km dari hostel. Kita cuma ketawa aja bilang iya,
secara nggak mungkinlah ya tengah malam dingin-dingin pergi ke pantai buat
berendam doang. Enakan tidur, selimutan. Pas lagi kongkow-kongkow di living
room hostel jam 10 malem, beneran dong si Marcel dan Marius dateng-dateng pake
windbreaker jacket bawa sekop dan headlight sambil nyari orang buat pergi ke
pantai. Sontak semua orang mencari-cari alasan biar bisa menhindar untuk pergi.
“Indonesia,
are you coming?” tanya Marcel.
Karena tersihir
oleh kegantengan dosen muda itu tiba-tiba bibir saya dengan lemahnya mengucapkan
“Alright” ---WHAT???! What did I say???--- lima menit kemudian saya pun
menyesal karena itu malam dingin banget dan gerimis pula.
Sumpah selama
sepuluh menit jalan kaki ke pantai itu saya ngerasa bego banget. Bego karena
meninggalkan kenyamanan kasur dan selimut saya di hostel demi cowok ganteng. Untuk
menghibur, Marcel mengajari saya lagu anak-anak tentang bebek berenang di
pantai dalam bahasa Jerman. Setelah jalan sambil lompat-lompat untuk
menghangatkan badan, tiba-tiba Marius berteriak “Ada binatang!” Sontak kami
berhenti dan menyinari binatang tersebut. Ternyata binatang yang kami lihat
bukan sembarang binatang... tapi PENGUIN sodara-sodara! Pertama kali liat
penguin!! Kami bertiga girang luar biasa. Sibuk langsung kami mengamati sambil
foto-foto. Sesuatu yang sekarang saya sesali ketika tau bahwa Penguin sangat
sensitif terhadap cahaya. Seharusnya kita tidak boleh memotret dengan flash dan
menyinari mereka dengan lampu berwarna putih atau kuning. Harus lampu berwarna
merah. Saya baru tau informasi ini ketika Couchsurfing Gathering – Penguin
hunting di St.Kilda, Melbourne sebulan setelah itu.
Anyway,
ketika sampai di spot kami siang tadi, ternyata orang gila di pantai itu bukan Cuma
kami. Sudah ada dua blokes (pria) lain yang tengah berendam sambil minum beer. “Take
your spot and join the club mates!” seru mereka. Marcel dan Marius langsung
sibuk menggali. Saya? Memberi support, doa dan bantuan penerangan. Setelah
besar dan kedalaman dirasa cukup untuk kami bertiga, tanpa basa-basi kami
melompat ke dalam. Detik kemudian saya dan Marcel melompat keluar dengan alasan
berbeda.
“Shit, it’s
cold!” teriak Marcel.
“Cold?? It’s
freakin’ boiling hot over here” protes saya.
Aneh karena
posisi kami hanya berjarak 30cm saja. Akhirnya kami pun berdesak-desakan di
sebelah Marius yang sudah menemukan posisi nyaman, terlihat dari cengirannya
yang lebar.
“So, are you
happy now I took you here?” tanya Marcel.
“Yes I am,
thank you Marcel” jawab saya sambil tersenyum.
Sungguh
sensasi yang luar biasa. Separuh badan ke bawah kita menikmati panasnya sumber air,
sedangkan separuh badan ke atas badan menggigil kedinginan diterpa angin dan
rintik hujan gerimis. Tiga puluh menit lamanya kami bertahan di pantai itu.
Mendambakan kenyamanan kasur dan selimut, kami bertiga bergegas kembali ke
hotel sambil mencari-cari penguin yang nampaknya sudah menghilang, mencari
jalannya sembunyi dari kami.
maksudnya itu berendam pake swim suit di udara dingin???? woaaaaaaaaaaa... nga takut kena hipotermia? :O
BalasHapuseh, lupa kenalan, salam kenal nona ransel :) sy pamela... tulisanmu tentang working n holiday visa menarik diriku kemari...
BalasHapusWaletbet99 | MASTER AGEN JUDI TERPERCAYA | DAPATKAN BONUS DEPOSIT AWAL 30% !!
BalasHapusAgen Judi Online
Daftar Agen Bola Online
Agen Bola Terbaik
Agen Judi Bola
Agen Judi Casino
Waletbet99 - Prediksi South Africa vs Sweden 18 Januari
Waletbet99 - Prediksi Antalyaspor vs Kayserispor 18 Januari
Waletbet99 - Prediksi Uganda vs Namibia 19 Januari
Waletbet99 - Prediksi Osasuna vs Gimnastic 19 Januari
Waletbet99 - Prediksi Leganes vs Real Madrid 19 Januari 2018