20 Oktober 2011

The Beginning of Australian Life

 Salah satu bangunan di Perth CBD

Finally... Arrived in OZ :)

Kota pertama yang saya tuju untuk tinggal adalah Perth. Bagi anda yang sudah mengenal wilayah-wilayah Australia pasti komentarnya: "Kok Perth? kotanya kan ngebosenin, gak ada apa-apa"
Semua bilang begitu.

Semua orang yang pergi ke Australia dengan Work and Holiday Visa punya tujuan dan caranya masing-masing di negara ini. Inilah beberapa alasan yang saya temukan dari teman-teman para Work and Holiday Visa maker:
"Pengen aja ngerasain hidup di luar negeri"
"Gue dulu kuliah disini, kangen sama temen-temen gue, pengen party-party"
"Nyusul cowok gue"
"Visa study gue mau abis nih, tapi gue belom pengen balik"
"Mau cari modal buat buka ruko di Indonesia"
"Mau backpackingan keliling Aussie"
"Niat mau S2, tapi pengen cari-cari kerja dulu"

Dan hampir semua orang yang saya tanya kota apa yang kalian tuju menjawab "Melbourne" dan "Sidney".
Kalau saya?

Saya memang mau backpacking keliling Australia, pengen ngerasain semua major cities-nya. Jadi saya pikir mau kota manapun sama saja, toh juga nanti kesitu juga. Perth membosankan? Bagus dong, gak banyak keluar rumah, duit pun aman. Saya dengar UMR di Perth lebih tinggi dari kota lain, tapi konsekuensinya biaya hidup juga lebih tinggi karena lokasinya yang terisolir dan dikelilingi gurun.


Setiba di Perth, host saya dari Couchsurfing telah siap menunggu di bandara. Saya mengirim request sekitar 3 minggu sebelum keberangkatan meminta tinggal 1-2 minggu, dan dia memberikan "couch"-nya untuk saya tumpangi gratis selama 10hari. Cukup beruntung karena biasanya orang hanya memberikan tumpangan selama 2-3 hari. Hari pertama saya lewati dengan bersantai di kehangatan teras taman sambil bercerita mengenai diri masing-masing.
Town of Bassendean

Dari Perth International Airport menuju Town of Bassendean tidak jauh, hanya 10 menit saja. Sejauh mata memandang yang terlihat hanya perumahan (dengan bangunan khas Australia) dan toko-toko kecil. Kota "Perth" yang sesungguhnya sebenarnya adalah Perth CBD alias area sekitar Sudirman-Thamrin nya Jakarta. Tidak terlalu besar. Di luar itu sudah terhitung town atau suburb yang berisi sekolah dan pemukiman. Semua serba teratur dan rapi. Buat saya yang terbiasa dengan pemandangan Yogya yang khas dengan aneka angkringan, pengamen, warung makan, mural karya seniman jalanan, penjual es kelapa muda, lele penyet, kota ini terlihat.... membosankan. Gak ada gregetnya gitu. Jadinya gregetan sendiri. Dimana tukang ojek saat dibutuhkan? harus kemana saya kalo malam-malam lapar dan ngidam gorengan?


Transportasi dikelola oleh Transperth yang mempunyai tiga sarana yaitu Train, Bus dan Ferry. Penggunaannya bisa beli tiket sekali pakai dengan uang cash atau beli SmartRider Card (lebih murah dan praktis). Jadwal, rute dan harga semua bisa kita cari di website Transperth. Tinggal tulis dari mana mau kemana nanti keluar semua detailnya. Taksi ada, tapi tidak begitu reliable. Jarang ada yang pake juga soalnya tarifnya cukup mahal. Dari bandara ke suburb bisa kena paling tidak 500 ribu rupiah.

 Barrack St. Jetty

Working hours di Perth cukup singkat, mulai dari jam 9.30am - 4pm (max 6pm). Selepas jam 6 sore suasana mulai sepi dan gelap. Gelap dalam arti sesungguhnya. Masyarakat Australia entah kenapa punya kebiasaan tidak menyalakan lampu terasnya. Not necessary katanya. Beda dengan kebiasaan orang Indonesia yang sebisa mungkin menyalakan lampu teras biar rumah tidak terlihat kosong (takut dirampok). Agak menjadi menyeramkan bagi saya sebagai pejalan kaki. Takut ketemu Aborigin.


Musim sudah berganti ke musim semi dimana bunga-bunga mulai bermekaran dengan cantiknya. Matahari bersinar cerah dengan hawa seperti sedang berada di lembang atau kaliurang. Malam hari? jangan heran kalau saya sibuk lompat-lompat senam SKJ karena suhu tetap saja menggigit di 13 derajat :(


Seminggu ini saya benar-benar take it easy. Pergi dikala mau. Tidak terburu-buru oleh waktu. Well, life is good.... right? :)

3 komentar:

  1. how i miss Perth ::
    baca tulisan2 nonaransel bikin semangat nabung buat kesana lagi..

    BalasHapus
  2. haloo..
    kami suami dapat tawaran pindah kerja ke perth. kl biaya hidup disana sendiri untuk keluarga kecil dgn satu anak, perbulan bisa abis brp ya?

    BalasHapus