24 Oktober 2011

Keragaman Perth


***Disclaimer: Saya membuat peta ini semata-mata agar semua orang bisa mengerti apa yang saya bicarakan. Banyak ngawurnya, sedikit akuratnya. Lima garis tebal adalah jalur kereta. Lingkaran bergaris merah adalah Airport. Klik pada foto untuk memperbesar gambar**

Genap sepuluh hari sudah saya berada di kota ini. Saya telah pindah dari rumah host Couchsurfing saya di Bassendean (titik A) ke "kost-kostan" di Murdoch (titik B) dengan jarak sekitar 28km. Sebenarnya kalau kita mau bicara Perth, yang bener-bener disebut "Perth" itu hanya area CBD-nya saja (area Merah). Kecil, jauh lebih kecil dari area Sudirman-Thamrin. Di luar itu sudah disebut "suburb" atau "town". Kalau menulis alamat surat juga cuma menulis: 
"9 Harlock Close, Murdoch, Western Australia".
Simple. Gak usah pusing pake RT RW. Apalagi nomor gang.


Bapak kost saya di Murdoch adalah kakak dari mantan boss saya di Singapore dulu. Gak ngerti gimana didikan ibunya dulu, tapi itu satu keluarga baiknya luar biasa. Paul -begitu namanya-, telah tinggal di Perth selama 20 tahun setelah sebelumnya sibuk berkeliling dunia karena bekerja sebagai bankir untuk sebuah bank Jerman. Pria cerdas yang masih berotak tajam walaupun hampir berusia 70 tahun ini rela mengantar saya kemana-mana (tanpa diminta lho) agar saya bisa lebih mudah mencari pekerjaan. Paul juga terlihat sangat panik dan khawatir ketika saya beri tau bahwa saya stay di sekitar Bassendean. Sambil mengantar saya keliling kota berceritalah beliau;

"Kamu jangan lama-lama di Bassendean (pake bahasa Inggris ya ngomongnya), di area yang berwarna Biru itu banyak terdapat suku Aborigin yang sentimen sama orang Asia. Mereka tidak segan-segan berbuat kasar tanpa alasan. Di daerah situ juga banyak terdapat British migrant, alias orang buangan dari Inggris yang juga tidak suka dengan orang Asia. Jauhi jalanan dan stasiun kereta sesudah hari gelap karena biasanya disitu tempat mereka nongkrong, mabuk-mabukan dan mencari masalah"
Ok, disitu saya sudah mulai panik karena jarak dari stasiun kereta ke rumah host saya di Bassendean itu sekitar 15-20 menit jalan kaki. Dan karena kebiasaan orang Australia yang gak pernah nyalain lampu itu membuat jantung saya berdegup kencang. Orang Aborigin itu kan berkulit gelap dan berbadan besar (dan bermuka jelek --sorry bukan bermaksud jelek-jelekin tapi waktu itu ketemu bayi Aborigin digendong emaknya, sumpah itu bayi dengan wajah tidak terindah yang pernah saya temui *astaghfirullah* --tapi bener), saya udah parno aja kalau tau-tau ada yang lompat dari balik semak-semak dan malak. Pernah waktu jalan, saya melihat dua mobil kacanya hancur akibat dipukul dari luar. Dengan mantap saya menuduh, 'pasti orang Aborigin!' lalu kabur terbirit-birit.
"Kalau kamu tinggal di Murdoch (area Ungu) kamu akan lebih ngerasa homey, karena area tersebut banyak tinggal orang Asia. Akses bus lebih banyak, lingkungannya lebih aman, banyak supermarket Asia dimana kamu bisa beli bumbu-bumbu masak, Indomie goreng dan sambal Indonesia yang pedas itu"
Maka pindahlah saya. Murahan sekali, cukup diiming-imingi sambal ABC.

Beberapa hari lalu saya mendapat panggilan interview di salah satu wedding photography di area Spearwood (Orange). Bukan main girangnya saya karena si fotografer suka dengan style fotografi saya. Ketika saya bilang ke Paul kalau saya hendak interview di daerah itu, dia mengerutkan dahi "The area is not nice. I'll take you there". Nah lo ada apaan lagi nih. Ketika kami sudah menuju TKP interview, saya mulai menyadari maksudnya. Daerahnya gersang dan terlihat tidak seindah daerah lain yang sudah saya liat. Ketika sampai tepat di depan bangunan yang dimaksud, tiba-tiba beliau putar arah dan bilang:
"Ah forget it, don't work here, it will only cause you trouble going here .....*saya bengong dong*..... Daerah sini agak jauh dari rumah dan tidak banyak bus yang menuju kesini. Kamu bisa lima kali ganti bis. Mahal di ongkos. Lagipula.... di daerah sini banyak orang Kroasia dan Eropa Timur lainnya yang jualan drugs"
Baiklah. Daerah Orange. Drugs.. *deg-deg-deg*
Kemudian beliau melanjutkan:
"Cobalah untuk mencari pekerjaan di daerah Kuning. Disitu banyak orang-orang kaya dengan rumah besar menghadap Swan River. Orang Indonesia juga banyak yang tinggal di daerah situ. Beberapa di antaranya saya tau dulu dia sangat korup pada jaman Soeharto lalu kabur kesini ketika kerusuhan"
Waduh ya makin pusing lah saya mendengarnya. Kok aneh-aneh aja sih. Eh ternyata beliau belum selesai...
"Dan hindari mencari pekerjaan di daerah Abu-Abu. Disitu banyak orang Vietnam yang juga senang mencari masalah seperti mencuri, berantem dan nge-drugs, tapi biasanya kalau dengan sesama orang Asia mereka baik-baik saja, tapi tetap saja daerah itu rawan kejahatan karena mereka suka bentrok dengan orang Aborigin".
Doeeng... Gimana gak deg-degan coba saya waktu cari kerja. Setiap liat lowongan harus buka peta dulu, make sure kalau masih berada di daerah "aman".  

Buat "Perthie" yang merasa tinggal di daerah yang saya sebutkan dan merasa tersinggung, maaf saya gak nuduh lho ya, tapi kakaknya mantan boss saya *gak nuduh tapi nuding*.

1 komentar:

  1. Assalamualaykum...just nak share..Sekiranya memerlukan homestay di Perth, sesuai utk org Islam, SUCI dan HALAL, boleh muat hingga 6 orang..$180 per malam..10 minit dari Perth City..boleh whatsapp +61411536495 utk berbincang dengan lebih lanjut..

    BalasHapus