23 Juli 2012

Tips Packing Light

Berat backpack saya di atas hanya 10kg! :) - doc: NonaRansel


Kali ini waktu travelling saya tidak sebentar. Satu tahun atau lebih. Tiap waktu selalu berpindah-pindah. Long term travelling bukan berarti saya harus membekali diri saya dengan segudang pakaian. Satu tahun atau satu-dua minggu, pakaian yang saya bawa sama saja. Yang paling penting adalah bagaimana cara kita menyiasati pakaian yang akan kita bawa. Apalagi kalau kita lagi road trip. Wahh, jujur, baru ganti baju kalau udah ngerasa kucel bener dan gak tahan lagi :))))

MIX & MATCH
Saya bukan girlie girl, fashionista atau shopaholic yang punya segudang persediaan baju untuk di mix and match. Definitely not. Saya baru beli baju kalau saya merasa butuh, dan itu paling beberapa bulan sekali. Tapi menurut saya, salah satu trik packing light untuk long term backpacking adalah tau cara memadu-padankan pakaian yang cocok untuk segala situasi. Agak chic dikit laaah, gak gembel-gembel amat (walaupun memang iya). Khususnya buat cewek yang suka bingung mau pakai baju apa, atau gengsi keliatan pake baju yang sama tiap hari. Forget about gengsi, girls, you’re travelling... believe me, nobody would care of what you’re wearing. You will meet different people everyday anyway. Saya lebih sayang sama punggung saya yang keberatan bawa backpack overload daripada mikirin gengsi karena difoto pake kostum yang sama. 



Prinsipnya, jangan bawa baju yang cuma bisa digunakan untuk satu kondisi saja. Jangan sampai baju itu hanya sekali dipakai karena kamu pikir gak cocok dipakai di lain waktu. Cuma menuh-menuhin ransel aja kalau begitu. Kalau kotor, cuci, jemur, pakai lagi.

Intip packing list dan tips mix and match saya disini

COLUR & MATERIAL
Selain style, yang perlu kita pertimbangkan dalam memilih baju untuk dibawa adalah bahan atau materialnya. Keuntungan kita sebagai cewek adalah ada banyak banget baju/dress dari bahan polyester yang bercorak atau design lucu-lucu dan yang paling penting: ringan dan cepat kering! Kalau dilipet gak makan tempat. Beli t-shirt juga gitu. Saya lebih suka beli t-shirt di factory outlet karena kualitasnya memang lebih bagus dari distro. Lebih tipis tapi tidak mudah kusut. Liat label di kaosnya. Disitu ada simbol-simbol yang menjelaskan apakah kaos tersebut boleh dicuci-setrika atau tidak. Saya selalu berusaha mencari kaos yang ada simbol “Do Not Iron”. Artinya kaos itu tidak mudah kusut jadi kita tidak perlu repot-repot nyetrika kalau lagi di jalan. 

 


KEEP IN WEIGHT
Sebagai cewek, saya juga tetep ada panggilan buat beli baju baru kok. Tips dari saya, kalau beli satu baju, harus bisa “merelakan” satu baju lama untuk dibuang atau dikasihkan ke orang/traveller lain. Jadi ransel kita tetap dalam berat ideal, gak overload. Intinya: harus tega! In the end, saya jadi punya baju kesayangan yang memang terbukti oleh waktu cocok untuk berbagai suasana. Di Australia kalau saya butuh beli baju yang sekiranya hanya dipakai untuk keadaan khusus saja, kita bisa beli di Salvation Army, Red Cross atau Vinnies. Mereka adalah organisasi non profit yang bergerak untuk misi kemanusiaan. Barang yang dijual adalah barang-barang secondhand, hasil penjualan disumbangkan untuk amal. Vinnies juga menyediakan semacam kotak seperti bis surat di parkiran mall-mall untuk menampung baju bekas kita. Jadi sambil travelling, kita juga tetap bisa do something good for the community.

Sendal Jepit, singlet dan celana hiking pendek. Kostum andalan! - Lokasi: Waitomo, New Zealand


Kalau awal-awal biasanya memang masih bingung, tapi lama-kelamaan kita bakal tau dan bisa memilih apa saja yang kita butuhkan dalam perjalanan. Pada akhirnya, baju yang tersisa di backpack kita adalah baju yang benar-benar nyaman dan tangguh di berbagai keadaan.

Packing teach us about simplicity
Hiduplah dengan apa yang benar-benar kita butuhkan, bukan atas apa yang kita atau orang lain inginkan.

2 komentar: